Kamis, 26 Maret 2015

Teori Sosial Kritis

Nama : Dimas Rizky Akbary
            NPM : 1306371400
Teori Sosial Kritis
Penjelasan mengenai teori sosial kritis kali ini adalah penjelasan hasil dari pemahaman saya berdasarkan bahan yang saya baca. Bagi saya teori kritis merupakan sebagian dari kelompok teori, meskipun saya tidak terlalu memberi taksonomi sepenuhnya bagi pengelompokan teoritis dalam sosiologi dan ilmu sosial lainnya.
Teori sosial kritis sebetulnya berlawanan dengan positivisme. Bagi mereka pengetahuan bukan semata-mata refleksi atas dunia statis ''diluar sana''. Namun dia adalah kontruksi aktif oleh ilmuan dan teori yang membuat asumsi tertentu tentang dunia yang mereka pelajari, sehingga tidak sepenuhnya bebas nilai. Lalu, teori kritis tidak menyatakan bahwa sains harus menjelaskan hukum alam masyarakat seperti para positivisme katakan, namun sebaliknya, teori kritis justru percaya bahwa masyarakat ditandai oleh historisasi (terus mengalami perubahan).
Teori kritis sosial membedakan masa lalu dan masa sekarang, dimana ditandai dengan dominasi, eksploitasi dan penindasan. Dia menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan dengan asumsi bahwa potensi untuk masa depan yang lebih baik sudah ada di masa lalu dan masa kini. Maka, dalam hal ini teori sosial kritis sebenarnya mendorong untuk suatu kemajuan. Masyarakat masa depan ini dapat diciptakan dengan aksi sosial dan politis yang dilakukan dengan cara intensif. Peran teori sosial kritis bersifat politisi karena dia berpartisipasi dalam mendorong perubahan sosial.  Terserah masyarakat dalam menilai dan menawarkan pandangan secara analisisnya untuk masyarakat sendiri dan kelompok yang terlibat dalam pergerakan sosial.
Teori sosial kritis juga berpandangan bahwa dominasi bersifat struktural. Yaitu maksudnya, kehidupan masyarakat sehari-hari dipengaruhi oleh institusi sosial yang lebih besar seperti politik, budaya, gender, dan ras. Teori sosial kritis mengungkap hal ini untuk membantu masyarakat dalam memahamai akar global dan rasional penindasan yang mereka alami.
Pada bagian ini, teori sosial kritis berkeyakinan bahwa struktur dominasi diproduksi oleh kesadaran palsu manusia , dikuatkan lagi dengan ideologi, seperti yang Marx jelaskan, lalu reifikasi (Lukacs), hegemoni (Antonio Gramsci), lalu ada metafisika keberadaan yang dijelaskan oleh Deririda. Sekarang kesadaran palsu dipelihara oleh ilmu sosial positivis seperti ekonomi dan sosiologi yang biasanya selalu mengambarkan bahwa masyarakat dikendalikan oleh suatu hukum yang kaku.  Maka dari itu peran teori sosial kritis adalah mematahkan kesadaran palsu tersebut dengan meyakini adanya kuasa manusia, baik secara pribadi maupun secara kolektif untuk mengubah masyarakat.
Teori sosial kritis sebenarnya berkeyakinan bahwa perubahan sosial dimulai dari rumah, khususnya pada kehidupan sehari-hari manusia, misalnya peran keluarga, tempat kerja dan seksualitas. Dalam hal ini teori sosial kritis menghindari determinisme dan mendukung voluntarisme. Mengikuti pemikiran Marx, teori sosial kritis megambarkan hubungan antara struktur dan manusia secara dialektis. Meskipun struktur mengkondisikan pengalaman sehari-hari, pengetahuan tentang strukur dapat membantu masyarakat mengubah kondisi sosialnya.
Dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari masyarakat dengan struktur sosial skala besar, teori sosial kritis berlawanan dengan pernyataan bahwa kemajuan akhir terletak pada ujung jalan panjang yang hanya dapat dilewati dengan mengorbankan kebebasan dan hidup manusia. Dengan terfokus pada hubungan dialektis antara kehidupan sehari-hari dengan struktur, teori sosial kritis berkeyakinan bahwa manusia bertanggung jawab sepenuhnya atas kebebasan mereka sendiri serta mencegah mereka agar tidak menindas sesamanya atas nama masa depan kebebasan jangka panjang. Teori sosial kritis menolak pragmatisme revolusioner, dengan menyatakan bahwa ditaktor proletar atau kelompok garis depan elitis lainnya akan dengan cepat menjadi ditaktor atas kaum proletar.

Kritik teori sosial kritis atas positivisme merupakan karakteristik sentral dan paling tahan lama. Kecendrungan ruang positivis dalam ilmu sosial sejak masa pencerahan memprovokasi teori sosial kritis. Hal ini dimulai dengan Marx. Pernyataan Comte bahwa sosiologi harus menjadi "fisika sosial", yaitu dengan menjabarkan bagaimana hukum sosial yang seolah-olah alamiah itu membekukan masa kini menjadi es ontologi. Mengambarkan pola-pola historis seperti ini sebagai kapitalisme, rasisme, seksisme, dan dominasi alam adalah suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Marx mencoba untuk merepresentasikan sifat sosial ini dengan yang disebutnya kritik ideologis. Menurutnya ini mengarah kepada agama dan ekonomi politik borjuis. Beberapa perkembangan penting dalam teori kritis sejak Marx telah mencakup perpaduan pandanga sastra dengan teori budaya, termsuk didalamnya baik posmodernisme  maupun feminisme, yang memungkinkan kritik ideologi asli Marx diperluas kedalam analisis kritis atas seluruh cakupan diskursus ideologis, mulai dari media masa hingga ke pendidikan dan bahkan sampai ke artistektur.

Selasa, 10 Maret 2015

Filsafat Sosial dalam pembahasan mengenai Strukturalism

Nama : Dimas Rizky Akbary
NPM : 1306371400
Tugas : Filsafat Sosial (Strukturalism)

Pada pembahasan kali ini saya akan mencoba untuk menjelasakan tentang apa yang dimaksud dengan strukturalims. Dari mulanya strukturalism ini adalah aliran pemikiran yang berkembang pada awal abad 20, yang dimana konsep pemikiran ini tettu saja berkembang dikarenakan adanya keterkaitan dengan konsep yang berkembang sebelumnya dan juga mempengaruhi pemikiran setelahnya. Istilah kata struktur pada awalnya berkembang pada kaum ilmu pengetahuan alam atau sains yang dimana pada saat itu mereka membicarakan tentang struktur atom, kima dan struktur tubuh. Lalu istilah ini terus berkembang dan masuk ke beberapa bidang pengetahuan sosial-humaniora seperti sosiologi, ilmu budaya, psikologi, antropologi, dan linguistik. Namun pengaruh ilmu pengetahuan alam terhadap ilmu pengetahuan sosial ini tidak hanya tentang menggunakan istilah struktur, melainkan semangat ilmiah yang mengasumsikan bahwa semua fenomena sosial-budaya ditentukan atau memiliki suatu struktur yang sama.
Pada awal abad ke 20 muncul salah seorang tokoh beranama Ferdinand de Saussure. Ia adalah tokoh yang lahir di Swiss tahun 1857, kuliah sains di Universitas Jenewa, kemudian beralih kuliah bahasa di Leipzig. Semasa itu ia telah membuat sebuah buku yang berjudul Memoire sur le Systeme Primitif des Voyelles dans les Langues Indo-europe enness (Memori tentang sistem huruf hidup asal dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa). Istilah strukturalism sendiri sebenarnya berasal dari Troubetzkoy, sedangkan si Saussure sendrir lebih sering menggunakan kata sistem, namun dalam dunia akademik istilah struktur lebih banyak digunakan ketimbang sitem. Tahun 1940 istilah struktur mulai dikenal di kalangan Eropa. Istilah ini tidak hanya digunakan dalam bidang linguistik namun juga dalam bidang antropologi sosial dan psikologi. Sebenarnya ada sedikit perbedaan antara eropa dan amerika dalam penerapan istilah struktur ini, namun intinya tetap sama yaitu mengakui adanya suatu struktur atau sistem. Sistem adalah suatu bagian atau seperangkat bagian yang saling berkaitan. Maka penelitian strukturalism memfokuskan perhatiannya pada elemen-elemen yang membentuk sistem ini seperti sistem tubuh, sosial, kesadaran, ekonomi dan lain-lain.
Srtrukturalism sebagai salah satu aliran pemikiran pada abad 20, gagasan mengenainya banyak dipengaruhi oleh pemikiran yang berkembang pada abad itu seperti aliran positivime, idealism, hermenetika, marxsisme, eksistensialism, dan filsafat analitik. Masing-masing dari para aliran ini tentu saja memiliki pemahaman yang berbeda-beda meskipun pada dasaranya disadari atau tidak mungkin saja mereka saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lainnya.
Salah satu pembahasan strukturalism yang membuat saya sedikit tertarik adalah mengenai pembahasan struktur lingistik. Struktur linguistik sebenarnya adalah suatu sistem yang pemaknaan sepenuhnya ditentukan oleh sistem atau struktur dari bahasa itu sendiri. Sebelum Saussure menjelaskan penejelasannya mengenai struktur, analisa bahasa cenderung lebih menganalisa dari asal-usul kata itu sendir seperti sejaranya atau latarbelakangnya. Namun Saussure malah mengabaikan hal itu dan lebih fokus ke analisa strutur bahasa atau kata itu sendiri. Dalam pandangannya, semua bahasa memiliki kosa kata yang membagi dunia dalam kategori-kategori yang berbeda, sintaksisnya menghubungkan konsep ke dalam cara yang benar-benar berbeda. Baginya strukturalism bukanlah suatu gaya hidup seperti para kaum eksistensialim katakan namun lebih ke suatu metode teoritis dan merupakan suatu pendekatan terhadap bahasa atau metode analisis linguistik.
Lalu ada juga penjelasan strukturalism oleh Marx yang mengemukakan bahwa adanya struktur yang tersebunyi mendasari masyarakat dan ekonomi. Jika Saussure menganggap bahwa struktur bahasa sebagai suatu yang mendasari semua bahasa maka, Marx lebih menganggap adanya struktur ekonomi sebagai infrastruktur yang mendasari suprastruktur. Namun mereka berdua sebenarnya sama-sama menganggap bahwa struktur adalah suatu realita yang tidak teramati secara langsung karena struktur tidak didasari oleh suatu empirik karena sifatnya yang apriori.
Pada Marx, pemikiran mengenai strukturalismnya itu terlihat ketika dia menjelasakan bahwa masyarakat terdiri dari strukur basis dan suprastruktur. Basis strukur ini adalah suatu hal yang bersifat material seperti alat-alat produksi, distribusi dan pertukaran, sedangkan untuk suprastruktur adalah suatu hal yang meliputi dunia kultural atau budaya seperti agama, hukum, pilitik, dan ideologi. Menurut Marx, suprastruktur ditentukan oleh sifat dan landasan ekonomi sebagai dasar atau basisnya. Contoh seperti masyarakat yang hidup di perairan atau pinggiran laut pasti memiliki suatu struktur basis yang cenderung lebih mengagungkan laut mereka, menganggap bahwa adanya dewa laut yang berkuasa yang tentu saja ini akan mengubah ideologi mereka serta merambat sampai ke ekoomi mereka, hal ini juga pasti berbeda dengan masyarakat yang hidup di pegunungan atau dataran luas yang lebih menganggungkan gunung mereka misalnya, yang dimana ini juga berdampak pada ideologi mereka serta ekominya. Gagasan Marx ini disebut sebagai "determinisme ekonomi", dimana hubungan produksi dan faktor produksi lebih menentukan problem politik, hukum, budaya, seni dan lain-lain.
Pada dasarnya strukturalism linguistik merupakan suatu metode yang berupaya mencari struktur dan konvensi dasar yang memungkinkan bahasa digunakan. Strukturalism berupaya menemukan insfratuktur bahasa yang sama pada semua penggunaan bahasa. Strukturalism mengakui adanya persamaan semua bahasa dimana setiap bahasa selalu menggunakan struktur paradigmatik yang sama. Semua bahasa secara paradigma memmiliki sandaran yang sama. Semua memiliki sistem atau struktur yang mengkombinasikan banyak kategori untuk membuat pernyataan yang orisinil dan semua bahasa juga sama-sama memiliki struktur yang berbeda baik dari oposisi biner maupun kombinasinya.
Lalu satu hal lagi yang membuat saya tertarik adalah perdebatan antara strukturalism dan eksitensialm. Sebenarnya kedua pemikiran ini adalah aliran filsafat yang sama-sama berkebang pada abad ke 20. Apabila strukturalism lebih fokus ke bidang linguistik maka eksistensialism lebih fokus dalam membahas keberadaan manusia yang salah satu cirnya adalah kemampuan untuk berbahasa. Eksistensialism ini sebenranya lahir dari gagasan Kierkegard dan Nietzsche sebagai bentuk perlawanan terhadap idealism Hegel.
Eksistensialism menolak gagasan universal dan bastrak Hegel, dan lebih menganggap bahwa manusia sebagai invidual yang konkret, unik dan menentukan hidupnya sendiri. Bagi eksistensialism tidak ada satupun mahluk yang sama persis, setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya dan menjalani hidupnya yang khas.
Namun pada akhrinya setelah perdebatan panjang mereka, kaum strukturalism tetap mengambil dasar pemikiran yang berlawanan terhadap eksitensialism, dengan menyatakan bahwa sesungguhnya manusia tidaklah memiliki kebebasan karena pada dasarnya sejak awal manusia telah ditentukan oleh struktur-struktur tertentu yang ada di dalam bawah sadarnya serta kekangan dari struktur sosial-budaya mereka. Strukturalism tetap menganggap bahwa manusia sama seperti alam yang tunduk terhadap sistem hukum alam itu sendiri, manusia pada dasarnya tidak bebas untuk menentukan tindakannya karena sudah ada struktur yang mengatur tindakannya. Contoh dalam kasus Saussure, diamana dia menyatakan bahwa manusia tidak bebas dalam menggunakan bahsanya karena dalam bahasa individu ditentukan oleh struktur yang ada dalam alam bawah sadarnya. Strukturalism menerima adanya struktur yang relatif tetap dan stabil yang menentukan individu itu berbahasa yang juga menentukan individu itu bertindak.
Para tokoh strukturalism mempertanyakan asumsi humanis tentang peran individu yang katanya sebagai sumber suatu penentu makna dan tindakan. Menurut para kaum strukturalism, manusia bukanlah suatu mahluk yang bebas akan tetapi adalah suatu mahluk yang strukturnya telah ditentukan oleh lingkungan sekitarnya. Contoh seperti bahasa, bahasa bukanlah suatu hal yang muncul bebas lepas dari subjek yang berbicara namun muncul karena suatu sistem sosila yang berperan saat itu. Contoh lainnya seperti dalam tingkah laku, menurut Sigmud Freud yang merupakan pakar psikologi menjelaskan bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh dinamika id, ego , dan super-ego, dimana id (irasionalitas) dianggap lebih dominan daripada rasionalitas. Pandangan ini menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dan tindakannya, yang dimana justru tindakan dan bahasa mereka ditentukan oleh struktur bawah sadarnya. Namun karena hal ini kaum strukturalism malah dianggap sebagai kaum "antihumanism" atau menimbulkan "kematian manusia".
Namun posisi saya dalam pembahasan ini bukan merujuk pro atau kontra terhadap strukturalism maupun eksitensialism atau post-strukturalism. Namun lebih menganggap bahwa segala sesuatu baik disadari atau tidak pada dasarnya adalah melakukan apa yang bisa mereka lakukan. Setiap hal hanya berada pada posisi yang bisa dan memungkinkan untuk mereka, terlepas dari itu disebut struktur atau kebebasan. Setelah selesai membahas materi ini saya hanya berpikir bahwa "begitu sombongnyakah manusia?" mereka selalu menganggap diri mereka sebagai tolak ukur terhadap sesuatu bahkan mungkin segala sesuatu. Mereka takut mati namun setiap hari selalu membunuh, mereka takut bodoh padahal mereka sendiri adalah kebodohan, mereka takut miskin padahal tidak ada apapun yang mereka punya dan masih banyak lagi hal yang manusia lakukan yang membuat saya tertawa sendiri memikirkanya.

Sekian terimakasih.