Sebelum masuk ke
dalam penjelasan pendapat saya mengenai apa maksud dari kedua teori ini,
sebaiknya kita bahas dulu satu persatu mengenai kedua teori ini. Dari sumber
lain, Pertama apa yang dimaksud dengan Subtance
Theory terlebih dahulu.
Teori ini pernah di gagas oleh Aristoteles, gagasan Aristoteles tentang substansi
adalah hal yang krusial dalam metafisikanya, namun
juga menjadi rumit karena pada faktanya ia menggunakan kata yang sama untuk
beberapahal yang tidak mempunyai relasi sama
sekali. Kata dalam bahasa Yunani yang biasanya diterjemahkan menjadi substansi(substance) ialah “ouisa”, sebuah kata
yang masuk dalam kategori “to be”. Cukup
masuk akal memang jika diterjemahkan sebagai “realitas” atau “real being”
walaupun begitu terjemahan tradisionalnya yang adalah “substansi” merupakan
yang masih sering digunakan. Sedangkan Teori
Bundle
pernah dijelaskan oleh David Hume, dia menjelaskan bahwa "diri" hanyalah seikat persepsi yang saling
dihubungkan oleh milik keteguhan dan koherensi atau lebih tepatnya bahwa ide
tentang diri hanya gagasan seperti sebuah kemasan. Dia menganggap
bahwa persepsi adalah subtansi dunia. Tetapi dia mempertanyakan ada yang salah
dalam subtansi yang biasa. Objek Hume dalam pendapatnya bahwa sesuatu yang
biasa dapat disebut subtansi, bahkan dengan pengindraan yang sederhana itu
adalah sesuatu yang eksis dan tidak terikat. Ini sama ketika kita mengetahui
dengan mempersepsi adalah objek langsung dalam pikiran.
Saya sebenarnya
kurang begitu paham dengan kedua teori tersebut, saya kekurang informasi
mengenai teori tersebut. Mungkin lain kali bisa dicari dari info lain. namun
simpelnya dari teori itu adalah semacam teori untuk menjelaskan siapa yang
membentuk identitas kita, diri kita sendiri atau komunitas? Sebangin banyak
orang yang pernah saya tanya tentang pertanyaan itu menjawab kalau yang
membenuk diri kita adalah komunitas. Mereka merasa orang lainlah yang paling
berpengaruh dalam membentuk diri kita, seperti keluarga dan lingkugan. Dan
sebagian lainya menjawab bahwa yang membentuknya adalah keduanya, diri kita
sendiri dan juga orang lain. Mereka merasa bahwa mungkin memang manusia punya
ciri alamiah dari kelahirannya atau malah sifat bawaan yang langsung dimiliki
ketika lahir namun kembali lagi kalo yang mebentuk itu semua tetaplah pihak
luar. Contoh dasar dan simpelnya seperti ini, saya lahir dari kedua orang tua,
yang membuat saya adalah kedua orang tua, sifat saya adalah gabungan dari kedua
orang tua, wajah atau fisik saya adalah gabungan bentuk dari kedua orang tua,
suara, perasaa, cara berpikir, gaya bicara, bahkan hampir semua nama yang
diberikan ketika lahir itu berasal dari orang tua. Dengan begitu sudah
dipastikan bahwa yang membentuk identitas diri kita adalah pihak luar atau
komunitas. Begitu kira-kira penjelasan dari mereka.
Tapi menurut
saya, pertama-tama kita harus kembali dulu kepada apa itu identitas? Identitas
bagi saya hanyalah sebuah simbol, pembeda, pengkategorian, atau mungkin hanya
sebagai penanda untuk membedakan satu dengan yang lainya. Tapi masalah siapa
yang membentuk? Entrahlah, Siapa yang tau itu? Pada dasarnya kita semua tidak
mempunyai identitas tapi tanpa disadari kita semua membentuk dan dibentuk. Kita
semua adalah suatu keacakan alamiah, namun kita semua berusaha untuk membuat
itu tersusun. Masalah siapa yang membentuk identitas saya? Ya bisa siapa saja,
bisa saya sendiri dan bisa juga komunitas. Tidak peduli jika dasarnya itu
adalah orang tua. Saya bisa saja keluar dari semua ciri-ciri yang dibuat oleh
orang tua seperti operasi fisik, mengontrol sifat serta melakukan hal yang
sangat bertentangan dengan sifat saya sebelumnya, tak lagi dikenali oleh orang
yang dulu pernah mengenal saya, saya mengalami perubahan yang bukan hanya dari
fisik tetapi juga dari segi mental. Tapi bukankah tetap saja ada pengaruh dari
faktor luar walaupun sedikit atau tak terlihat yang membuat saya menjadi
berbeda? Jawabannya tetap tidak peduli, terlepas dari siapapun yang membentuk
itu. Siapa saya sebenarnya? Tidak ada yang tau, termasuk saya sendiri. Hakikat
diri saya sendiri ya "saya" apa itu saya ya "tidak tau". Sedikit
mengambil dari kata-kata Nietzsche, bahwan dunia ini adalah nihil, bahwa sesungguhnya dunia ini
bukanlah suatu identitas yang pasti, dunia ini kosong, tidak memiliki nilai
ataupun identitas, tetapi subjek-subjek didalamnyalah yang membuat
pengkategorian itu semua.
Prinsip saya
"Everything is Nothingness is Everything" segalanya adalah kekosongan
yang merupakan segalanya, sedikit menjelaskan bahwa segala hal yang kita buat,
kita lakukan, apapun itu merupakan suatu kekosongan dalam dunia yang memiliki
segalanya.
Referensi:
Pemikiran Sendiri
diskusi bersama teman dan wawancara terhadap orang lain
ceramah dosen dikelas kuliah
www.academia.edu/.../Teks_Metafisika_Aristoteles_Substansi
Pemikiran Sendiri
diskusi bersama teman dan wawancara terhadap orang lain
ceramah dosen dikelas kuliah
www.academia.edu/.../Teks_Metafisika_Aristoteles_Substansi