Sabtu, 11 Oktober 2014

penjelasan singkat mengenai Falsifikasi


Sir Karl Raimund Popper atau yang biasa disebut Karl Popper adalah seorang tokoh yang dapat dikategorikan dalam bidang filsafat ilmu. Popper lahir pada tanggal 28 Juli 1902 di Vienna, Austria dan meninggal pada tanggal 17 September 1994 di London, Inggris. Popper adalah seorang filsuf sekaligus profesor di London School of Economics. Ia termasuk seorang filsuf besar dalam bidang filsafat ilmu pada abad ke-20. Pada tahun 1934 ia menggebrak dunia filsafat sains dengan bukunya "The Logic of Scientific Discovery". Dalam bukunya tersebut, Karl Popper melakukan kritik terhadap kecenderungan metodologi sains di masa itu yang didominasi oleh Positivisme. Positivisme adalah sebuah aliran filsafat yang bahkan sampai detik ini masih berjaya dan dianggap sebagai aksioma oleh para saintis maupun masyarakat umum. Didalam buku tersebut, Karl Popper menjelaskan tentang sebuah gagasan menarik yang disebut dengan falsifikasi. Falsifikasi adalah kebalikan dari verifikasi, yaitu pengguguran teori lewat fakta-fakta.
Menurut Karl Popper, proses verifikasi itu sangatlah lemah. Verifikasi hanyalah bekerja melalui logika induksi. Logika induksi adalah penyimpulan suatu teori umum dari pembuktian fakta-fakta partikular, jadi semacam penyimpulan dari yang umum ke yang khusus. Karl Popper lebih condong untuk menggunakan falsifikasi. Jadi fokus penelitian sains bukan lah pembuktian positif, namun pembuktian negatif. Artinya fokus penelitian adalah untuk membuktikan bahwa suatu teori umum itu adalah salah dengan menyodorkan sebuah bukti yang membuktikan bahwa ia salah. Hal ini membuat penelitian ilmiah lebih efisien karena teori langsung dapat dipastikan gugur  hanya dengan sebuah fakta. Berbeda dengan verifikasi yang membutuhkan banyak sample untuk bisa mengambil kesimpulan. Bahkan banyaknya sample itu pun sama sekali tidak bisa memastikan bahwa teori tersebut benar adanya. Jadi tidak ada pengetahuan baru yang kita dapat, hanya terus-menerus membenarkan hal tersebut dengan sampel-sempel itu. Karena sample, bagaimanapun juga hanyalah bagian kecil dari keseluruhan objek penelitian.
Jadi kesimpulannya, menurut filsafat ilmu Karl Popper, selama suatu teori belum bisa difalsifikasi, maka ia akan dianggap benar. Artinya, keyakinan kebenaran terhadap teori tersebut adalah tidak mutlak, hanya merupakan keyakinan yang memadai. Sedangkan menurut saya, sedikit mendukung tentang kosep Popper ini bahwa sebenarnya pengetahuan yang kita miliki sekarang ini hanyalah bersifat sementara, siapa yang tau jika suatu saat nanti ada pengetahuan baru yang bahkan bisa menggurkan dan mengubah pengetahuan yang ada sekarang. Dari penjelasan dari Popper ini saya menjadi berpikir bahwa jika pengetahuan selalu berubah maka mungkin saja sebenarnya pengetahuan yang absolud itu tidak ada, yang ada hanyalah yang kita tau sekarang, nanti, besok, dan seterusnya. Maka dari itu semua, saya punya perinsip bahwa tidak ada kebenaran pasti kecuali kebenaran itu sendiri. Maksudnya, kita tidak mungkin bisa mencapai kebenaran absolut itu kecuali kita sudah berada atau kita sendirilah kebenaran itu.
Referensi:
Catatan Kuliah
Ceramah dosen
Pemikiran saya sendiri
www.filsafatilmu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar