Ruang dan waktu?
Sepertinya tidak asing dengan kata-kata itu. Bahkan terkadang beberapa orang
selalu menggunakan kata itu dalam menjelaskan sesuatu yang terdengar sulit.
Misalnya "dimana kita hidup? Atau bangaimana kita bisa bergerak?"
Jawaban para sainstis umum pasti ujung-ujungnya adalah karena kita terikat oleh
"ruang dan waktu" dan begitulah akhir dari penjelasannya. Tapi apakah
kita pernah berpikir apakah ruang dan waktu itu sebenarnya? Sebenarnya mengapa
kita terikat oleh ruang dan waktu? Mengapa sepertinya ruang dan waktulah yang
mengatur kita? Malah terkadang terasa seperti membatasi kita? Oh.. ruang..
oh..waktu... siapa kalian ini.. haduh..haduh... Oke kali ini saya akan membahas
tentang "ruang dan waktu" sebagai pembahasan pertama dan kalimat "The
Solution of the riddle of life in space and time lies outside space and time"
sebagai pembahasan kedua.
Ruang dan waktu?
Sebenarnya penjelasann tentang hal ini sudah banyak beredar di mana-mana,
seperti internet, buku, majalah, koran atau pembicaraan sehari-hari. Sosok yang
paling dikenal orang tentang pembahasan hal ini adalah "Albert Einstein"
yang kita tau bahwa dia adalah seorang ilmuan hebat, fisikawan, pintar, cerdas,
jenius, keren, kece, dan mungkin dia adalah seorang papa yang baik buat mama.
Apapun yang kita tau ya itulah. Meskipun sebenarnya jika kita masih ingin
mencari tau lagi, masih banyak sosok lain yang tentunya pernah membahas hal
ini. Pembahasan mengenai apa itu ruang? Dan apa itu waktu? Juga sudah banyak
beredar.
Menurut saya
sendiri, sebenarnya ruang dan waktu itu tidaklah pernah ada. Kenapa? Ruang dan
waktu itu hanyalah buatan, hal itu ada karena adanya materinya nyata
(wujud/fisik). Jika materinya nyata terbentuk maka dia akan menempati hal yang
disebut "ruang" dan kapan materi itu terbentuk maka dia di anggap
telah menempati hal yang disebut "waktu". Sehingga ruang dan waktu
merupakan keterbatasan dari materi nyata itu sendiri. Lalu apakah jika itu
bukan materi nyata maka akan bebas dari ruang dan waktu? Jawabannya adalah iya.
Lantas bagaimana dengan kecepatan cahaya? Bukannkah kalau suatu benda memiliki
kecepatan cahaya maka dia akan bisa pergi ke masa lalu atau mungkin masa depan?
Jawabannya tidak, karena cahaya itupun masih merupakan materi. Dengan kata lain
benda itu tidak pergi ke masa lalu ataupun masa depan tetapi benda itu hanya
terlihat bergerak lebih cepat dan ruangan yang melambat atau mungkin malah
sebaliknya ruanganya yang terlihat bergerak lebih cepat dan si benda yang
melambat, dengan kata lain waktu adalah relatif. Jadi ngak ada yang namanya
pergi ke masa lalu atau masa depan dong? Jawabanya belum tentu, mungkin saja
itu bisa dilakukan. Bagaimana caranya? Dengan mengubah materi tersebut menjadi
bukan materi dan membawanya ke ruang dan waktu yang diinginkan. Berarti saat
benda itu pindah ke masa lalu atau masa depan ada jedah antara dia pindah, itu
berarti ada saat dimana benda itu menjadi materi nyata lalu menjadi bukan
materi nyata lalu menjadi materi nyata lagi, maka bukankah artinya yang bukan
materi nyata juga terikat oleh ruang dan waktu? Nah.. itu dia point pentingnya,
ketika sebuah materi keluar dari ruang dan waktu untuk masuk ke ruang dan waktu
lainnya maka materi tersebut harus menjadi bukan materi terlebih dahulu baru
dia bisa masuk ke ruang dan waktu lainnya. Tapi disinilah letak masalahnya,
bagaimana caranya yang bukan materi bisa menjadi materi lagi dan bagaimana
caranya membentuk ruang dan waktu itu? Harus ada pemicu dan faktor yang kuat
untuk dapat membuat semua itu, jika tidak maka si materi yang bukan lagi materi
itu akan tetap menjadi bukan materi dan ia sudah di luar ruang dan waktu. Jadi kesimpulannya
apapun itu, jika hal itu masih merupakan materi nyata maka dia tidak akan bisa
keluar dari apa yang disebut oleh ruang dan waktu.
Lalu
permasalahan yang kedua "The Solution of the riddle of life in space and
time lies outside space and time" arti dalam bahasa indonesianya
"solusi dari teka-teki kehidupan di dalam ruang dan waktu terdapat diluar
ruang dan waktu" kata-kata ini ditulis oleh seorang yang katanya adalah
seorang filsuf bernama "Wittgenstein" dalam bukunya yang berjudul
"Tractatus". Lalu apa masalahnya? Masalahnya apa maksud dari
kata-kata itu? Jawabanyasih gampang, ya tinggal tanya saja sama yang buat. Tapi
sayangnya orangnya udah gak ada dan saya juga kekurangan informasi tentang itu.
Entah memang tidak ada penjelasannya atau mungkin saya yang belum baca, saya
tidak tau. Tapi dari informasi yang saya dapat bahwa buku buatan Wittgenstein
berjudul "Tractatus" ini terkenal dengan isinya yang susah di pahami.
Seharusnya saat Wittgenstein masih hidup suruh dia ngejelasin biar paham,
jangan mudah terpesona dengan kata-katanya saja. Ini menunjukan jika manusia
lebih mudah terpesona ketimbang memahami suatu hal. Ok sekarang saatnya untuk
menjelaskan tentang buku Wittgenstein yang berjudul Tractatus, penjelasan saya
ini masih berupa hipotesis dan asumsi jadi belum tentu penjelassan saya sama
dengan apa yang Wittgenstein maksud.
Dari
info yang saya dapat Wittgenstein memiliki buku yang judul lengkapnya "Tractatus Logico Philosophus" buku itu berisi tentang
proposisi-propisisi, tidak memiliki paragraf ataupun cerita-cerita keren di
dalamnya. Hanya berisi 1.1..bla...bla..... lalu 1.2..bla..bla..... lalu
1.3........ dan begitu seterusnya. Ada yang bilang kalo buku ini di tulis saat
Wittgenstein ikut dalam masa perang, entah ketika istirahat dalam perang atau
malah di penjara dalam masa perang. Dari kata pengantarnya buku itu tertulis
"Perhaps this book will be understood
only by someone who has himself already had the thoughts that are expressed in
it--or at least similar thoughts" artinya "Isi buku ini
sebenarnya tidak menjelaskan teori apapun, tapi isinya lebih ke pengungkapan
dan penggunaan bahasa sehingga bahasa itu bisa memiliki makna" dan "The whole sense of the book might be summed up the following
words: what can be said at all can be said clearly, and what we cannot
talk about we must pass over in silence." Artinya "hal
ini menjelaskan bahwa apa yang bisa
dikatakan berarti harus bisa dijelaskan secara faktual, dan apa yang tidak bisa dijelaskan berarti tidak memiliki
makna, jadi lebih baik diam ketika terdapat bahasa yang tidak bisa
dijelaskan." Melalui "Tractatus"
Wittgenstein menjelaskan bahwa sebenarnya bahasa adalah ekspresi pikiran
manusia terhadap realitas empiris manusia yang berawal dari pengalaman manusia
lewat indera yang dimiliki manusia.
Menurut saya buku ini lebih bersifat
etis atau pribadi mungkin, buku ini adalah tulisan yang mengambarkan realita
kehidupan melalui bahasa yang digunakan manusia sehari-hari. Buku itupun ia
buat karena Wittgenstein mempelajari dan mengamati kehidupan yang dia jalani. Bahkan
sebenarnya buku itu tidak sama sekali memberitau hal baru, buku itu hanya seakan-akan
mengatakan berkali-kali kepada yang lainnya bahwa inilah realita, inilah
adanya. Untuk apa dipermasalahkan? Karena yang itu ya memang itu dan yang ini
ya memang ini, tidak ada penjelasan baru di sana. Jika kita mencoba menjelaskan
sesuatu yang baru maka akibatnya pasti akan menjadi kacau karena perbedaan radikal
setiap orang berbeda, dari waktu kewaktu, dari satu orang ke orang lain dan
dari satu kelompok ke kelompok lain. Jadi maksud Wittgenstein dari bukunya
adalah ya udah. Jadi bagi yang pernah baca bukunya hingga selesai jawabannya
adalah ya udah, diam, gak ada apa-apa, ya mau apa? Relakan apapun itu karna
kita tidak tau apa itu. Seperti kata-kata dalam bukunya sendiri "Apa yang tidak
dapat kita bicarakan, kita harus membiarkannya dalam diam (What we cannot speak
about we must pass over in silence).”
Jadi
apa yang dimaksud dengan "The Solution of the riddle of life in space and
time lies outside space and time" arti dalam bahasa indonesianya
"solusi dari teka-teki kehidupan di dalam ruang dan waktu terdapat diluar
ruang dan waktu" adalah..............................................................................................................................(Nothingness)
Referensi:
Gravitasi "Dr. Agus Usmansyah"
Catatan Kuliah
Penjelasan Dosen di kelas Filsafat
E-book Tractatus Logico Philosophus "Wittgenstein"
Pemikiran sendiri
Empiris
Gravitasi "Dr. Agus Usmansyah"
Catatan Kuliah
Penjelasan Dosen di kelas Filsafat
E-book Tractatus Logico Philosophus "Wittgenstein"
Pemikiran sendiri
Empiris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar