Manusia
Adalah
sebuah hal yang menarik, ketika kita membicarakan struktur ontology manusia,
bahwa sampai saat ini, definisi manusia masih dapat diperdebatkan, ketika saya
bertanya kepada anda, apa makna manusia ? akan ada yang menjawab bahwa manusia
adalah makhluk rasional sebagaimana telah dikemukakan oleh Aristoteles atau
Cassirer yang menyatakan manusia adalah makhluk bersimbol, atau ada juga yang
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang dibedakan kelasnya dari binatang
ataupun alien sebagaimana tertulis di kamus oxford (human), atau ada juga yang mengemukakan bahwa manusia adalah term
yang digunakan untuk mendeskripsikan kita, bahwa human atau manusia merupakan kata yang berasal dari kata latin
yaitu homo yang artinya sejenis,
bahwa kita semua sama maka kita adalah manusia, tidak berhenti di sana, ada
juga kitab suci yang mendeskripsikan bahwa manusia merupakan pencitraan dari
Tuhan, namun yang paling menarik adalah Protagoras, bahwa dia menyatakan
manusia adalah ukuran dari segala sesuatu.
Dari
serangkaian definisi diatas, mana argumen mengenai manusia yang paling menarik
? manusia adalah makhluk rasional dan bersimbol, maka diasumsikan rasional
adalah manusia yang dapat berpikir dan menggunakan simbol sebagai media
rasionalitas menjadi kenyataan, lalu bagaimana bila ada manusia, yang tadinya
rasional, menjadi tidak rasional, apakah kita dapat mengakui dirinya sebagai
manusia ? sebagai contoh, katakan lah “Orang Gila” yang diasumsikan bahwa
dirinya tidak dapat menjadi rasional, apakah kita bisa menetapkan orang
tersebut sebagai manusia ? atau orang yang sedang dalam masa coma, atau sedang
tidur, yang tidak melakukan hal rasional, apakah mereka adalah manusia ? atau
kita menganggap bahwa manusia adalah makhluk yang berada di atas binatang,
bahwa karena manusia memiliki rasionalitas lebih tinggi, maka kita dapat
menguasai binatang, dan apakah hanya manusia makhluk bersimbol ? apakah hewan
atau binatang tidak memiliki simbol ? Apakah anda setuju ? apakah hanya dengan
memiliki rasionalitas yang lebih tinggi dapat menjustifikasi bahwa manusia
lebih tinggi derajatnya dari pada binatang ? sebenarnya apa itu rasionalitas ?
berbudaya ? berpikir ? membuat teknologi ? dari mana kita bisa menjustifikasi
bahwa binatang tidak dapat berasionalitas sedangkan, kita sendiri tidak dapat
mengetahui apakah kita memang memiliki rasionalitas atau tidak ? kita rasional karena kita berpikir ? dari mana
kita dapat yakin bahwa binatang tidak berpikir ? apakah anda yakin bahwa anda
adalah makhluk rasional ? bila anda yakin, atas dasar apa anda yakin bahwa anda
rasional ? apakah anda sendiri yakin bahwa anda sadar dan bertanggung jawab
atas kerasionalitasan anda ?
Argumen
mengenai Mind And Body memang
merupakan suatu bahasan hangat terutama di dunia filsafat, menurut saya, kita
tidak akan dapat menemukan apa yang dimaksud dengan manusia atau Human, sebelum kita dapat mengetahui
apakah kita sadar atau tidak. Pernyataan Protagoras yang berbunyi “Manusia
adalah ukuran dari segala sesuatu”, merupakan pernyataan yang terjadi selama
ini, bahwa seringkali manusia meninggikan derajatnya, sehingga memandang rendah
makhluk lain,
Berbicara
mengenai manusia, tentunya kita membicarakan rasionalitas dan insting, manusia
tentu makhluk yang menarik. Manusia menganggap bahwa dirinya adalah makhluk
yang superior dibandingkan makhluk
lainnya dikarenakan manusia menggunakan rasio dan bukan insting. Pertanyaan di
sini, apakah manusia dapat menggunakan hal tersebut untuk menjustifikasi bahwa
dirinya lebih tinggi dibandingkan binatang hanya karena memiliki rasionalitas
yang lebih tinggi ? Bukankah justru karena manusia yang memiliki rasionalitas
merupakan makhluk yang lebih berbahaya dibandingkan hewan ? bahwa manusia
merupakan penyebab atas kerusakan alam ini diakibatkan karena adanya
rasionalitas ? bahwa rasionalitas adalah penyebab dari manusia untuk
mendominasi alam ? jadi, apakah rasionalitas membuat manusia berada di atas
binatang ?
Manusia
merupakan makhluk yang unik, manusia seringkali juga dikaitkan bahwa manusia
merupakan makhluk yang memiliki hak, sehingga muncul apa yang kita sebut dengan
HAM. Oleh karena itu, banyak manusia tidak ingin dijadikan sebagai bahan
eksperimen rasionalitas kita sendiri. Adalah nilai yang membuat manusia sangat
unik dan berbeda dari makhluk lain, bahwa manusia walaupun dikatakan sama
fisiknya, namun tidak sama intensitas rasionalitasnya. Eksperimen terhadap
manusia saat ini merupakan hal yang sangat dilarang keras, sebut saja
eksperimen terhadap obat-obatan, manusia tidak pernah bereksperimen mengenai
obat untuk manusia menggunakan manusia sendiri sebagai objek eksperimennya,
namun memakai makhluk lain. Hal ini sangat menarik untuk dibahas, mengapa obat
yang dibuat yang ditujukan untuk manusia menggunakan objek selain manusia
sebagai objek eksperimen ? apakah obat tersebut ditujukan untuk manusia atau
makhluk lain ? para ahli banyak berdebat di daerah ini, bagi para pendukung
humanis, manusia tidak boleh dijadikan objek eksperimen, hal ini dikarenakan
dianggap merendahkan derajat manusia, bahwa nyawa manusia bukan sebuah being yang dapat di perlakukan semudah
itu, bahwa manusia hanya boleh di berikan sesuatu yang pasti aman dan bukan
sebuah eksperimentasi berdasarkan hipotesis. Uniknya di sini, walaupun manusia
tidak mau dijadikan eksperimen, tetapi manusia pasti jatuh ke dalam eksperimen.
Sebut saja ilmu kedokteran, sebelum seseorang menjadi dokter, dia melakukan
penelitian dan eksperimen terhadap selain manusia sehingga dia memiliki
kemampuan untuk menjadi dokter, namun, ketika dia resmi menjadi dokter, setiap
pasien yang datang kepada dokter tersebut secara otomatis menjadi bahan
eksperimen dirinya secara sadar atau tidak sadar. Ilmu kedokteran didasarkan
oleh positivisme logis yang sangat mengandalkan induksi, sehingga setiap pasien
yang datang akan diperiksa gejalanya dan diteliti berdasarkan hipotesa yang ada
kemudian didiagnosis dan diputuskan penyakitnya serta akan diberikan resep
untuk menyembuhkannya. Seringkali kita tidak sadar bahwa ini merupakan proses
eksperimen, bukankah ini merupakan hal yang lucu ? kita tidak ingin dijadikan
objek eksperimen, namun kita setiap hari adalah objek eksperimen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar