Jumat, 09 Januari 2015

pembahasan saya tentang Feminism

Feminisme? Pertama kali saya mendengar kata feminisme adalah ketika awal-awal kuliah saat melihat macam-macam nama mata kuliah di jurusan saya. Dari namanya feminisme berarti feminim kali ya pikir saya, mungkin hal ini lebih mengacu kepada perempuan. Sebenarnya saya sendiri tidak terlalu tertarik dengan feminisme, walaupun tau itu adalah salah satu mata kuliah yang nantinya akan saya pelajari. Saya belum pernah sekalipun mencari tau atau mencoba memikirkan apa itu feminisme sampai pada suatu ketika dosen saya Tommy di kelas  matak kuliah budaya menjelaskan sedikit hal tentang feminisme.
Menurutnya semua itu berasal dari gender, gender adalah konstuksi sosial. Laki-lakilah yang mengkonstruksi itu dikarena kebudaan patriarki. Hal ini desebabkan karena adanya "misogini" semacam kebencian laki-laki kepada perempuan karena di anggap sebagai sesuatu yang menjatuhkan diri mereka kedalam dosa. Dengan begitu perempuan di anggap sebagai objek pasif yang diam sedangkan laki-laki adalah sebagai subjek yang aktif, sehingga secara tanpa disadari perempuan itu terpasung oleh laki-laki, laki-lakilah yang membuat agar perempuan dapat terlihat seperti yang bagaimana laki-laki inginkan. Makanya dulu jarang sekali ada perempuan yang bermain bola, perempuan dilarang untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan saja seperti memasak dam mebersihkan rumah. Nah, dari itu semua munculah apa yang disebut sebagai "feminisme" yang ingin melawan interpretasi yang menganggap perempuan selalu di belakang.
dari sini saya akan memberikan beberapa kasus tentang feminisme. Kasus pertama adalah kasus gerbong kerete khusus perempuan. Ada apa dengan gerbong kereta perempuan? Justru itulah masalahnya. Apa maksud dari gerbong khusus perempuan ini? Apakah ini sebuah upayah perlindungan terhadap perempuan? Atau malah merendahkan perempuan itu sendiri dengan arti bahwa perempuan itu lemah dan ingin dilindungi? Ketika hal itu ditanya kepada salah satu kaum feminis dia menganggap bahwa sebetulnya gerbong khusus perempuan itu malah merendahkan mereka sebagai perempuan, dia mengaku tidak pernah masuk kedalam gerbong khusus perempuan dengan alasan hal seperti itu malah justru menampilkan perbedaan, dimana sebagai feminism adalah ingin adanya kesetaraan bukan pembedaan seperti itu, bahkan terkadang didalam gerbong khusus prempuan itu sendiri masih terjadi konflik antara sesama perempuan. Lalu bagaimana dengan kasus ini, jika ada perempuan yang masuk ke gerbong kereta umum, lalu meminta kepada laki-laki untuk mengalah kepadanya untuk dapat duduk karena dia perempuan? Jawabannya gampang, mungkin dia tidak tau dangan feminism. Jika itu saya maka saya tidak akan pernah meminta untuk melakukan itu dan lebih memilih untuk berdiri.
tapi bagaimana jika kasusnya begini. Ada seorang yang mengaku sebagai feminism, dia sedang kuliah di salh satu perguruan tinggi dengan jurusan arsitek. Dia menganggap bahwa dirinya adalah seorang arsitek feminism dengan karya-karya arsiteknya yang lebih banyak menampilkan liukan, lengkungan yang menonjolkan sisih perempuannya. Dalam kasus ini saya merasa kalo dia malah justru membuat perbedaan antara suatu karya arsitektur. Bukankah dalam feminism seharusnya tidak ada pembedaan? Kenapa hasil karya artsitektur yang banyak liukan disebut sebagai feminism?  Bukankah laki-laki juga bisa membuat itu? Saya merasa aneh disini, feminism tidak ingin adanya perbedaan namun dia sendiri membuat pembedaan yang seakan-akan ingin dikhususkan? Padahal ketika kita khususkan, kita berikan apa yang dia mau, suatu ketika dia berpikir bahwa justru itu malah merendahkan mereka.
Satu kasus lagi yang berasal dari teman saya sendiri. Ketika saya menjelaskan tentang feminism kepadanya, seketika dia bertanya dengan sebuah pertanyaan simpel yang cukup menarik. "kim, jika kita para laki-laki yang membuat konstruksi dan membuat perempuan itu menjadi apa yang kita mau, lantas kenapa gue selalu di atur-atur oleh pacar gue? Gue kalo ke tempat dia selalu disuruh untuk memakai baju kemeja. Katanya cowok akan terlihat gagah kalo make baju kemeja. Gue jadi merasa kalo dialah yang mengkontrusi gue sehingga terlihat seperti apa yang dia mau." Mendengar itu saya hanya menjawab, ya itulah konstruksinya. Itu adalah hasil dari kontruksi yang mengkonstruksi. Saat kecil dia telah dikonstruksi oleh orang tuanya tentang bagaimana lingkungan sosial, bagaimana pakaina laki-laki dan pakaian perempuan, mungkin saja secara tidak disadari waktu kecil ia telah diberi tau kalo laki-laki yang gagah itu adalah yang memakai kemeja, dengan begitu sampai ia besar saat dia punya pacar, ia ingin kalo pacarnya juga terlihat gagah dengan menyuruhnya selalu memakai kemeja.

Dari semua itu saya mengira, jangan-jangan feminism itu sendiri adalah konstruksi. Kita mengkonstrusi perempuan dan perempuan yang tidak mau dikonstruksi membuat suatu konstruksi baru lagi disebut feminism yang mengkonstruksi dirinya sendiri?
terkadang saya sendiri merasa ada kemunafikan didalam feminism, seakan kalo ini gak mau dibedain tetapi pada dasarnya diri mereka itu memang berbeda. Teman saya pernah bilang kalo sebenarnya laki-laki dan perempuan itu berbeda dikarenakan ada semacam sel atau neuron didalm otaknya yang berbeda. Dari hal tu saya mempunya analogi bahwa sesungguhnya laki-laki dan perempuan itu ibarat sebuah timbangan antara 1kg batu dan 1kg kapas, dari cara pandang pihak ketiga mereka berdua memang terlihat seimbang karena memiliki berat yang sama namun pada dasarnya mereka berbeda itu sendiri berbeda karena yang satu batu dan yang satu lagi adalah kapas. saya sendir pada dasarnya tidak pernah mebeda-bedakan ataupun merendahkan derajat perempuan, kita sama-sama memiliki tangan, kaki, mata dan berbagai lainnya yang gunanya juga sama.  Ya kita memang sama tapi secara tidak langsung juga berbeda seperti menyusui dan melahirkan misalnya? Walaupun oke, jaman sekarang sudah canggih anggap saja laki-laki juga bisa melahirkan tapi pada dasarnya siapa? Tetap perempuankan? Saya disini tidak membedakan dan tidak juga mengkhususkan, saya lebih ingin menghargai satu sama lain, tidak peduli sama atau berbeda. Malah saya lebih merasa jika sebenarnya feminism inilah yang justru menghacurkan dan membuat konflik di antara keduanya. Pertanyaannya, jika feminism menolak perbedaan, mengapa malah membuat pembedaan itu sendiri (feminism)?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar