Jumat, 09 Januari 2015

pembahasan mengenai arti kehidupan

Nama : Dimas Rizky Akbary
NPM : 1306371400
Tugas : Etika (Arti Kehidupan)
Tugas kuliah kali ini membahas tentang "Arti Kehidupan". Mungkin banyak dari kita yang juga pernah memikirkan tentang apa arti dari kehidupan ini sebenarnya? Mengapa kita harus hidup dan mengapa kehidupan seperti ini?. Pada dasarnya tidak sedikit juga para filsuf yang mebahas tentang arti hidup ini karena bagi saya sendiri pertanyaan tentang srti kehidupan merupakan pertanyaan mendasar untuk para filsuf. Seperti ajaran "Taoisme" atau yang biasa disebut jalan kebajikan. Tao berarti jalan yang dilalui seseorang dalam perjalanannya kehidupannya. Konfucius memberi arti sebagai jalan atau cara bertindak yang benar dan penuh kebajikan dalam kehidupan moral dan politik. Dalam pengertian ini kata-kata Tao tidak mengandung makna metafisik. Bagi Lao Tze berbeda, tao memiliki pengertian metafisik. Lao Tze mengartikannya sebagai asas yang menyusun segala sesuatu. Ia sederhana, tanpa bentuk, tanpa gerak, tanpa hasrat, tanpa upaya. Ia ada sebelum adanya langit dan bumi. Karena adanya penciptaan dan berkembangnya peradabam, manusia kian jauh dari Taom jalan yang benar dan penuh kebajikan spiritual. Karena itu manusia semakin jauh dari kebahagiaan. Tao ibarat kendi penuh walau pun kosong. Darinya orang dapat menimba air tak habis-habisnya dan tidak perlu mengisinya lagi. Demikian ia, begitu luas dan alam tidak terhingga. Tidak tampak yang paling tua di antara adanya. Semua karam di dalamnya, pucuknya sekalipun rata di sana. Perkara-perkara paling rumit pun sirna. Cahaya kemilau rata menyebarkan keriangan. Segala yang mustahil kembali menuju kesederhanaan. Setenang alam baka ia. Tak tahu aku putra siapa dia. Huruf Cina untuk Tao terdiri dari ‘kepala’ yang melambangkan orang yang mengetahui dan pada bagian lain terdapat simbol orang yang sedang melakukan perjalanan. Setelah berkembangnya ajaran Lao Tze, ia diberi arti sebagai jalan atau asas bekerjanya alam semesta dan dunia dalam perputaran kehidupan. Dalam perjalanan atau perputaran itu, tampak tanda-tanda menuju ke arah Hakikat asal, dari mana segala sesuatu bergerak kembali.
Lalu ada juga pandangan arti kehidupan menurut  Tolstoy dan Albert Camus. Keduanya sama-sama membicarakan tentang keterbatasan kemampuan manusia. Bahwa kehadiran ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab dengan pasti segala kenyataan yang ada di bumi ini. Ilmu pengetahuan dan atau filsafat memang mencari kebenaran itu namun itu hanya pencarian yang mustahil sebab yang benar-benar pasti itu tidak ada. Sementara yang pasti adalah kematian, sebab apapun dan bagaimanapun usaha manusia pada akhirnya semua manusia pasti mengalami kematian. Meskipun begitu, kedua pandangan ini mempunyai perbedaan juga dalam filsafatnya. Tolstoy berhasil menemukan kebenaran sejati dengan iman. Dalam hal ini sebagaimana pandangannya bahwa kebenaran sejati dapat ditemukan dalam iman. Itu berarti refleksinya tentang hidup sudah mendalam. Berbeda dengan Camus. Camus hanya bisa mengatakan bahwa semua yang ada itu mustahil. Bahkan ia mengajarkan untuk tidak memikirkan masa depan sebab masa depan itu tidak jelas atau absurditas.
Sebenarnya masih banyak lagi pemikiran para filsuf lain mengenai makna atau arti hidup, namun memikirkan tentang arti dari kehidupan membuat saya menjadi teringat akan suatu momen yang pernah terjadi dulu. Kejadian ini dimulai ketika seorang anak yang baru pulang dari sekolah. Anak itu terlihat sangat kelelahan, kepalanya menunduk, berkeringat, dan wajahnya terlihat sangat jenuh. Dalam perjalanan pulangnya ai bertemu dengan seseorang yang tidak ia kenal, orang itu bertanya kepada si anak "nak, mengapa wajahmu terlihat suram seperti itu? Apa yang sedang terjadi kepadamu?" lalu si anak itu menjawab "entahlah, saya hanya merasa jenuh dengan hidup saya yang setiap hari selalu diisi dengan masalah dan hal-hal berat. Saya tidak mengerti dengan hidup ini, apakah semua orang seperti itu? Kalo begitu mengapa kita harus selalu selalu seperti itu?" lalu orang yang tidak dikenal itu tertawa sambil mengatakan "saya tidak menyangka kalau anak yang masih SD sepertimu sudah bisa menanyakan hal sampai sejauh itu. Menurutmu apa arti dari kehidupan ini?" seseorang itu menanyakan balik kepada si anak. Lalu si anak yang mendengar itu diam sejenak, dia tidak tau harus menjawab apa, baginya hidup hanyalah sesuatu yang menyusahkan, jika diberi pilihan mungkin si anak lebih memilih untuk tidak hidup. Anak itu sebenarnya sangat ingin untuk berhenti dari hidupnya namun ia sendiri tidak sanggup untuk dapat menghentikannya, ia masih berharap untuk adanya kemungkinan lain yang dapat membuat dia lebih baik. Setelah agak lama si anak menjawab "entahlah, saya tidak tau jawabannya". Lalu orang itu bilang "aku tidak menyuruhmu untuk menjawabnya langsung, itu adalah sebuah pertanyaan yang jawabannya hanya dapat kau temukan dalam perjalanan hidupmu nanti, Ini masih terlalu cepat dan awal bagi anak sepertimu untuk dapat menjawabnya." Anak itu bingung lalu bertanya " temukan? Kapan?" orang asing itu tersenyum lalu menjelaskanya "jika kau ingin dapat menemukan arti dari hidupmu, ingatlah bahwa kau tidak boleh menyerah kepada kehidupan ini. Bagaimanapun dan sesulit apapun yang kau rasakan, jangan pernah mencoba untuk menghentikannya. Karena masih terlalu banyak hal yang belum kau rasakan, kau lalui, dan kau lihat. Hidup bukan soal pilihan tetapi kemauan mu untuk menjalaninya. Jalanilah, lalui dan lihatlah semuanya. Hidup bukanlah suatu beban untuk dipikul melainkan adalah suatu anugrah untuk dinikmati. Persoalan hidup yang menyusahkan itu bukanlah datang dari masalahnya tetapi ketidak terimaan dari masalah itu, kita akan jauh dari cobaan saat kita tidak menghindarinya. Layaknya sebuah bunga yang tidak memilih untuk diletakkan di vas manapun, seharusnya kita belajar dari hal itu." Setelah menjelaskan kepada si anak, orang asing itu pamit untuk segera pergi sambil mengucapkan pesan terakhirnya "jadilah kuat pada masa yang sulit" lalu ia pergi.  Si anak hanya bisa diam da mengangguk, dia tidak tau harus mengatakan apa kepada orang tersebut. Yang ada didalam kepalanya hanyalah kata-kata dari orang asing tersebut, dia terus memikirkannya dalam perjalanan pulang. Namun dalam perjalanan pulangnya ia tersadar bahwa yang terbaik adalah tidak boleh menyerah kepada kehidupan  sesulit dan seberat apapun itu, hanya dengan menerima hal itulah kita dapat menjadi lebih baik.
Kehidupan tidak memiliki arti, tetapi merima bahwa inilah kehidupan merupakan kenyataan dari kehidupan itu sendiri.

Referensi:

Buku Meaning of Life
Buku SamSara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar